Jumat, 14 September 2012

Mawar Putih untuk Mama


Mama membukakan pintu rumah, senyum yang tergores indah di wajahnya membuat rinduku melambung. “Assalamu’alaikum Mama”, salamku seraya mencium tangannya, “Wa’alaikumsalam, sudah cepat mandi sana, kamu pasti capek menempuh perjalanan yang sangat jauh, jangan lupa keramas ya soalnya kamu abis keujanan”, Mama menyuruhku lembut sambil melepaskan tas ransel di punggungku. “Al, setelah selesai mandi dan ganti baju, Mama tunggu di meja makan ya, Mama sudah siapkan sup hangat kesukaan kamu”,”Iiihhh, Mama, aku peluk ya”, tanganku terbentang, tapi Mama menepisnya “Kamu basah, Mama sudah cantik, dasar anak nakal”, pipiku dicubit Mama. Kami tertawa bersama.
 Tok..tok..tok. “Selamat pagi”, sapa tedas dari seorang pengantar bunga saat Mama membuka pintu. Aku yang masih bermalas ria di sofa, celingukan ingin tahu siapa yang datang. Tapi terjawabsudah kebingunganku karena Mama masuk ke ruang keluarga dengan membawa rangkaian indah mawar putih, ada surat yang terselip. Mama membuka dan membacanya, Mama lari menangis ke kamar dan meninggakan surat di atas meja.
Aku menghampiri surat itu dan mencoba membacanya.
Ma, hari ini adalah hari jadi ketiga puluh pernikahan kita dan juga tepat satu tahun setelah Papa pergi meninggalkan Mama. Mama tak boleh berlarut-larut dalam duka sepeninggal Papa.
Papa harap Mama akan selalu bahagia dan tersenyum walau Papa tak bisa lagi melihat senyum indah Mama. Karena mawar putih ini akan selalu menemani Mama setiap tahun jadi pernikahan kita. Mama merupakan istri yang baik serta pengertian kepada Papa.
Lewat mawar putih ini Papa harap Mama tersenyum dan tidak menitikkan air mata. Karena Papa akan selalu mencintai Mama.
Tertulis “Papa” di pojok kanan bawah dalam lembar surat itu. Aku tahu pasti Mama saat ini masih sedih teringat Papa. Setiap tahun pernikahan mereka, Papa selalu memberikan mawar putih kepada Mama. Papa selalu merencanakan kejutan-kejutan manis bagi Mama dan aku. Tapi kejutan kali ini membuat luka dalam hati Mama kembali menganga.
Mama keluar kamar dengan kondisi yang lebih baik. Mama mengenakan pakaian yang dibelikan Papa untuk acara pesta pernikahan mereka tahun lalu. Dan pakaian itu berlumuran darah Papa pada hari yang sama. Kini Mama mengenakannya, cantik, dan Mama berhias sekenanya, Mama juga memakai selendang di kepalanya. “Al, ayo kita berangkat kepemakaman Papa”, ajak Mama tak terlewat senyum di wajahnya. “Ok Ma”, aku bergegas siap-siap.
 “Ma, dari pemakaman kita ke toko sayur langganan Mama kan?”, tanyaku sok tahu. “Iya sayang”, Mama jawab dengan lembut. Mama dan aku masuk ke toko sayur, Mama selalu membawa daftar belanjaan agar tidak lupa, “ Ma daftar belanjaannya mana? Biar Alisa pegang aja”, “Ini”, Mama mengeluarkan secarik kertas dari tasnya dan memberikannya kepadaku. Aku melihatnya dan aku tercengang, tulisannya membuatku ragu. Benarkah ini tulisan Mama, “Ma, ini yang nulis Mama?”, tanyaku penasaran. “Iya kenapa sayang?”,”Em..bagus ya?”,
“Mama duluan ke parkiran ya, ini kunci mobilnya, Alisa ingin membeli sesuatu”, aku memberikan kunci mobil kepada Mama dan Mama mengiyakan permintaan aku. Aku membawa secarik kertas daftar belanjaan itu dan memasukin toko bunga. Aku bertanya kepada penjual toko itu “Mbak, apa ada seorang ibu yang cukup lanjut usia pernah memesan karangan mawar putih yang dikirimkan kepada seseorang pada hari ini?”, “Iya betul mbak, ada apa ya mbak?”, tanya penjual toko itu berbalik.
“Boleh saya lihat kuitansinya?”, mataku sembari melongok secercah kertas itu. Tertera nama penerima Ibu Maria, mama.

4 komentar:

@adh_itya mengatakan...

wehh , bagus nih ceritanya .. ^^
kutipan atau original nih ? hehe ..

Unknown mengatakan...

asli punyaku dit,

@adh_itya mengatakan...

wehh , keren dong .. ^^

Unknown mengatakan...

pastilah,hee :)