Selasa, 26 Desember 2017

Blood Gas Analyzer

Makalah
Blood Gas Analyzer

















                                                                       Oleh :
1)        DARYATNI                                              (P27834117072)
2)        HERLINA RIZKI PRIANITA               (P27834117073)
3)        INDRYA AMELYA IKAWATY           (P27834117074)
4)        UTAMI                                                      (P27834117075)
5)        ANISAH RISMA FAUZIAH                  (P27834117076)
6)        DIAH ENI FATONAH                            (P27834117077)
7)        PUJI RAHMANIA                                   (P27834117078)
8)        DURROTUL FAIZAH                            (P27834117079)



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PRODI ALIH JENJANG DIV ANALIS KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2017-2018


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai pertukaran gas di dalam paru. Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah dan kadar bikarbonat. Analisa gas darah dilakukan untuk mengetahui status oksigen dan karbondioksida di dalam darah arteri dan mengukur pHnya
Analisis gas darah sering digunakan untuk mengidentifikasi gangguan asam-basa spesifik pada tingkat kompensasi yang telah terjadi, meskipun biasanya pemeriksaan ini menggunakan spesimen dari darah arterial. Jika sampel darah arteri tidak dapat diperoleh, suatu sampel vena campuran dapat juga digunakan.
Pemahaman yang mendalam tentang fisiologi asam basa memiliki peran yang sama pentingnya dengan pemahaman terhadap fisiologi jantung dan paru pada pasien-pasien kritis. Pemeriksaan gas darah menggunakan alat yang disebut blood gas analyzer yaitu alat yang digunakan untuk menentukan konsentrasi gas yang ada di dalam darah seperti CO2 dan O2, mengukur pH dan mengukur elektrolit seperti potasium, natrium, zat kapur serta klorida.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud pemeriksaan gas darah ?
2.      Apa alat yang digunakan untuk pemeriksaan gas darah ?
3.      Apa saja komponen komponen dari alat BGA ?
4.      Bagaimana cara pemeriksaan gas darah ?
5.      Bagaimana cara kalibrasi dan perawatan alat BGA ?

C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui mengenai Analisa Gas Darah
2.      Untuk mengetahui alat BGA (Blood gas Analyzer)
3.      Untuk mengetahui komponen dari alat BGA
4.      Untuk mengetahui cara pemeriksaan gas darah
5.      Untuk mengetahui cara kalibrasi dan perawatan alat BGA (Blood gas Analyzer)


                                                                        BAB 2
                                                                 PEMBAHASAN

A.    Pemeriksaan Gas Darah
Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai pertukaran gas di dalam paru. Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah dan kadar bikarbonat. Analisa gas darah dilakukan untuk mengetahui status oksigen dan karbondioksida di dalam darah arteri dan mengukur pHnya.
Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Manfaat dari pemeriksaan analisa gas darah tersebut bergantung pada kemampuan dokter untuk menginterpretasi hasilnya secara tepat.
Pemeriksaan Analisa gas darah penting untuk menilai keadaan fungsi paru-paru. Pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengambilan darah astrup dari arteri radialis,brakhialis,atau formalis. Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Meskipun biasanya pemeriksaan ini menggunakan spesimen dari darah arteri, jika sampel darah arteri tidak dapat diperoleh, suatu sampel vena campuran dapat digunakan.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Tujuan dari pemeriksaan gas darah adalah  untuk menilai tingkat keseimbangan asam dan basa, mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler dan menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien dengan indikasi pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik, pasien dengan edema pulmo, pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS),  infark miokard, pneumonia, klien syok, post pembedahan coronary arteri baypass, resusitasi cardiac arrest, klien dengan perubahan status respiratori dan anestesi yang terlalu lama.

Gangguan asam basa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi.
2.      Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 dimana mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis.
3.      Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
4.      Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
5.      Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30–7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
6.      Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
7.      Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih dari 7,50.
8.      Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat
9.      Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga normal.
10.  Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan BGA:
a.       Gelembung udara : Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat. Kegagalan untuk mengeluarkan semua udara dari spuit akan menyebabkan nilai PaCO2 yang rendah dan nilai PaO2 meningkat.
b.      Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
c.       Metabolisme : Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam
d.      Suhu : Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2. Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah. Karena saturasi oksigen dipengaruhi oteh tekanan parsial oksigen dalam darah,, pH darah, dan struktur hemoglobin.
e.       Obat-obatan dapat meningkatkan pH darah: sodium bikarbonat
f.       Obat-obatan yang dapat meningkatkan PaCO2 : aldosterone, ethacrynic acid, hydrocortisone, metolazone, prednisone, sodium bicarbonate, thiazides.
g.      Obat-obatan yang dapat menurunkan PaCO2 : acetazolamide, dimercaprol, methicillin sodium, nitrofurantoin, tetracycline, triamterene.
h.      Obat-obatan yang dapat meningkatkan HCO3-: alkaline salts, diuretics
i.        Obat-obatan yang dapat menurunkan HCO3-: acid salts.

B.     ALAT BGA (Blood Gas Analyzer)
BGA(Blood Gas Analyzer) merupakan alat yang digunakan untuk menentukan konsentrasi gas yang ada di dalam darah seperti CO2 dan O2, mengukur pH dan mengukur elektrolit seperti potasium, natrium, zat kapur serta klorida. Prinsip alat ini yaitu gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap sampel sel secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan dengan gas standar melalui pemancaran system infra red dimana akan menghasilkan perbedaan panjang gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi signal analog.






C.     Komponen BGA (Blood Gas Analyzer)
BGA (Blood Gas Analyzer) terdiri dari berbagai komponen yaitu :
1.      Ion Selective Electrode modules
2.      Reagent chambers
3.      Humidifier wells
4.      Sample Input port
5.      Peristaltic Pump
6.      Waste module
7.      Standar elektroda yang etrdiri dari :
a.       pH modules : Memproduksi berbagai tingkatan keluaran yang sebanding dengan pH sampel  yang sedang dianalisa
b.      pCO2 modules : Memproduksi  voltase yang sebanding dengan konsentrasi  CO2  pada sampel.
c.       pO2 modul  : Menghasilkan  voltase yang sebanding dengan konsentrasi O2 pada  sampel.
d.      Acuan Electroda : Menyediakan potensial elektrik yang konstan dan stabil (756mV) yang digunakan sebagai petunjuk untuk mengukur potensial elektrik yang diproduksi oleh setiap pengukuran elektroda.
e.       Heater : menjaga/mempertahankan  standar elektroda pada suhu 370C
f.       Sensor suhu Menunjukan temperatur ketika suhu turun atau naik 2 derajat di atas 370C
g.      Udara Alir detector Berada  di tempat masuk atau keluar dari standar elektrooda. Memeriksa adanya udara atau cairan di dalam tabung sampel.
h.      Sumber cahaya : menghasilkan sinar yang akan melewati tubing ke fotodetektor.
i.        Fotodetektor dimonitor oleh uP yang memonitor detector udara/cairan jadi dapat mendeteksi pompa peristaltic ketika mulai atau berhenti.
8.      Reagen standar
a.       Tempat reagen standar dari dua larutan digunakan untuk mengkalibrasi pH elektroda dan larutan pencuci.
b.      Ada dua larutan yang bisa digunakan untuk mengkalibrasi pH elektroda selama proses kalibrasi
c.       Larutan pencuci digunakan untuk mencuci sampel setelah dianalisis.
9.     Pelembab udara : Digunakan untuk menjenuhkan gas yang akan digunakan untuk mengkalibrasi elektroda pO2 dan pCO2 dengan air.
10.  Tempat sampel : Adalah tempat dimana sampel dimasukkan untuk dianalisis.
11.  Pompa peristaltik
a.    Memasukkan reagen dan sampel melalui tubing ke dalam standar elektroda di luar botol pencuci.
b.    Cairan akan dihisap ke dalam analiser ketika tubing ditekan oleh pompa roller. Ini terjadi karena terjadi tekanan pada roler kepada tubing.
12.  Pembuangan
a.    Mengumpulkan limbah setelah analisis. Hal ini harus dilakukan secara rutin
b.    Tempat pembuangan berisi darah. Buang limbah di tempat sampah biohazaard. Jangan dibuang limbah pada tempat yang kering.

D.    Cara Pemeriksaan Gas Darah
1.      Persiapan Pasien
a.       Menjelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
b.      Menjelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit
c.       Menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul.
2.      Bahan Pemeriksaan ; darah, serum, plasma
3.      Parameter :
a.         Blood Gas Parameters : pH, PCO2, PO2
b.         Electrolyte Parameters : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl–), Calcium (Ca2+)
c.         Hematocrit (Hct)
4.      Persiapan Sampel

Pengambilan sampel darah arteri yang letaknya dapat dilakukan pada:
    1. Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga apabila Allen test negatif.
    2. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
    3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh darah.
    4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.
5.      Penambahan antikoagulan berupa lithium heparin 240-250 unit tiap 1 cc darah.
6.      Alat pengambilan sampel menggunakan spuit khusus
7.      Dilakukan pengukuran suhu badan serta kadar hemoglobin pasien.
8.      Pengecekan BGA dan reagen
                                    Sedangkan analisa darah vena dapat digunakan untuk melakukan                            analisa kandungan komponen darah, seperti sel darah merah, sel darah putih,                      angka leukosit, dan angka trombosit. Darah vena juga dapat digunakan untuk               analisa gas darah jika darah arteri tidak dapat diperoleh, namun hanya berguna                         untuk mengevaluasi pH, PaCO2 dan base excess.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah
  1. Penusukan tepat pada arteri ditandai dengan darah yang keluar berwarna segar dan memancar.
  2. Spesimen dimasukkan ke dalam kantong es bila tempat pemeriksaan jauh.
  3. Pencantuman suhu pasien, jam pengambilan darah dan konsentrasi oksigen yang diberikan.
  4. Daerah/lokasi pengambilan darah arteri harus bergantian.
            Masalah Yang Mungkin Timbul Selama Prosedur
a.       Selama pengambilan darah vena, tidak ada darah yang ke luar. Solusi: jarum tidak ada di dalam vena. Menarik jarum perlahan-lahan. Jika tidak ada darah yang ke luar, ujung jarum digerakkan sesuai dengan arah vena. Jika tetap tidak berhasil, jarum ditarik. Melakukan penekanan 1 - 2'. Kemudian mencoba lagi pada vena yang lain.
b.      Terbentuk hematoma pada tempat penusukan. Solusi: menarik jarum. Melakukan penekanan hingga perdarahan berhenti.
c.       Perdarahan tak kunjung berhenti pada tempat penusukan untuk pengambilan darah vena/arteri. Solusi: melakukan penekanan 1 - 2' untuk pengambilan darah vena dan 5 - 10 ' untuk pengambilan darah arteri. Mengecek tempat penusukan dan jika perdarahan terus berlanjut, melakukan penekanan lebih lama.
d.      Hematoma pada tempat penusukan arteri. Solusi: melakukan penekanan dan member salep trombopop agar segera pulih. Jika hematoma sangat lebar maka perlu dikompres air hangat hingga hematoma hilang.

Cara kerja alat BGA (Blood Gas Analyzer)
1.        Menyalakan power ON
2.        Setiap pertama kali menghidupkan alat, melakukan kalibrasi dengan cara menekan calibrate kemudian enter. Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.
3.        Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan,  maka harus menekan status untuk mengetahui kondisi apakah pH, PCO2 dan PO2 kondisinya OK. Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Setelah dilakukan pemeriksaan, alat ini akan mengkalibrasi secara otomatis.
4.        Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah siap melakukan pemeriksaan, menekan tombol Analyzer. Selang pengisap sample akan keluar secara otomatis kemudian sample dimasukkan bersamaan kemudian ditekan kembali tombol analyzer hingga sample terhisap secara otomatis dan selang akan masuk sendiri.
5.        Wadah sampel yang dimasukkan ke selang dapat disesuaikan dengan kondisi.
Syringe : Untuk pengukuran gas darah menggunakan syringe 2 mL. The Vitalpath Analyzer akan langsung mengaspirasi dari jarum suntiknya.
Tabung Koleksi Heparin : Dapat juga menggunakan tabung DRI-CHEM ® 4000 atau DRI-CHEM ® 7000 yang sudah berisi heparin. Dengan ukuran tabung 0,5 mL dan 1,5 mL.
Tabung Kapilari : Ketika pasien mengalami dehidrasi atau memerlukan sampel yang sedikit, atau saat melakukan pemeriksaan ulang dapat menggunakan tabung kapilari berisi 140 µL.
6.        Melakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample ID , HB, suhu badan, jenis sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102 (volume oksigen yang dikorelasi dengan persen lihat daftar), kemudian clear 2x.
7.        Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat hasil akan keluar melalui printer.
Quality control digunakan untuk menjamin kualitas instrument sehari-hari guna menjaga akurasi dan realibilitas hasil pasien melalui tes kontrol eksternal yaitu dengan mengetahui rentang nilai yang dapat diterima untuk setiap tes yang dilakukan. Hal ini memungkinkan dokter untuk menafsirkan hasil data laboratorium secara akurat. Protokol ™ TrueQC Heska dan pedoman ASVCP adalah termasuk proses untuk melaksanakan program QC sederhana dan dapat diandalkan untuk memvalidasi faktor penting yang melekat untuk pengujian di rumah sakit. Pengujian QC sehari-hari sejalan dengan praktek laboratorium standar dan memberikan kepastian dan validasi hasil laboratorium yang akurat.
Rekomendasi untuk QC untuk Analyzer VitalPath termasuk menjalankan materi QC untuk kegiatan sehari-hari, sebelum melakukan pemeriksaan sampel pasien. Sederhananya protokol ini berguna untuk memastikan kinerja optimal dari Analyzer, reagen, dan operator, agar dapat memberikan hasil pemeriksaan yang akurat.
Blood Gas Analyzer atau analisis gas darah dikalibrasi setiap akan digunakan. Prosedur Kalibrasi:
  1. Tekan CAL 1
  2. Tekan CAL 2
  3. Alat dalam keadaan kondisi ready

Prosedur perawatan :
1.      Hisapkan protein removing layaknya sampel.
2.      Lakukan berulang-langkah.
Trouble shooting
  1. Na, Ca, K, Cl over flow solusi            : bersihkan aspirasi system (terjadi sumbatan), lakukan penggantian iner solution ion elektroda.
  2. Pipet tidak menghisap (no sampel) solusi: bongkar dan bersihkan system aspirasi (terjadi sumbatan).
3.    Nilai tidak sesuai (terlalu ttinggi atau rendah) solusi: lakukan kalibrasi ulang dan baca sampel calibration solution.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a.       Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Pemeriksaan Analisa gas darah penting untuk menilai keadaan fungsi paru-paru.
b.      Tujuan dari pemeriksaan gas darah adalah  untuk menilai tingkat keseimbangan asam dan basa, mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler dan menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien dengan indikasi pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik, pasien dengan edema pulmo, pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS),  infark miokard, pneumonia, klien syok, post pembedahan coronary arteri baypass, resusitasi cardiac arrest, klien dengan perubahan status respiratori dan anestesi yang terlalu lama.
c.       Pemeriksaan BGA dapat dipengaruhi hal-hal berikut : gelembung udara, antikoagulan, suhu, metabolisme, dan obat-obatan yang dikonsumsi pasien.
d.      Alat BGA terdiri dari beberapa komponen yaitu :
o   Ion Selective Electrode modules
o   Reagent chambers
o   Humidifier wells
o   Sample Input port
o   Peristaltic Pump
o   Waste module
o   Standar elektroda
o   Reagen standar
  • Pelembab udara
  • Tempat sampel
o   Pompa peristaltik
o   Pembuangan
e.       Hal-hal yang harus diperhatikan adalah
    • Penusukan tepat pada arteri ditandai dengan darah yang keluar berwarna segar dan memancar.
    • Spesimen dimasukkan ke dalam kantong es bila tempat pemeriksaan jauh.
    • Pencantuman suhu pasien, jam pengambilan darah dan konsentrasi oksigen yang diberikan.
    • Daerah/lokasi pengambilan darah arteri harus bergantian.
  1. Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis dengan cara menekan calibrate kemudian enter.


3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh data kata sempurna oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Tidak ada komentar: