Makalah
Blood Gas Analyzer
Oleh :
1)
DARYATNI (P27834117072)
2)
HERLINA RIZKI PRIANITA (P27834117073)
3)
INDRYA AMELYA IKAWATY (P27834117074)
4)
UTAMI (P27834117075)
5)
ANISAH RISMA FAUZIAH (P27834117076)
6)
DIAH ENI FATONAH (P27834117077)
7)
PUJI RAHMANIA (P27834117078)
8)
DURROTUL FAIZAH (P27834117079)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PRODI ALIH JENJANG DIV ANALIS KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2017-2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai
pertukaran gas di dalam paru. Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah dan
kadar bikarbonat. Analisa gas darah dilakukan untuk mengetahui status oksigen
dan karbondioksida di dalam darah arteri dan mengukur pHnya
Analisis gas darah sering
digunakan untuk mengidentifikasi gangguan asam-basa spesifik pada tingkat
kompensasi yang telah terjadi, meskipun biasanya pemeriksaan ini menggunakan
spesimen dari darah arterial. Jika sampel darah arteri tidak dapat diperoleh, suatu
sampel vena campuran dapat juga digunakan.
Pemahaman yang mendalam
tentang fisiologi asam basa memiliki peran yang sama pentingnya dengan
pemahaman terhadap fisiologi jantung dan paru pada pasien-pasien kritis. Pemeriksaan
gas darah menggunakan alat yang disebut blood gas analyzer yaitu alat yang
digunakan untuk menentukan konsentrasi gas yang ada di dalam darah seperti CO2
dan O2, mengukur pH dan mengukur elektrolit seperti potasium, natrium, zat
kapur serta klorida.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud pemeriksaan gas darah ?
2.
Apa alat yang
digunakan untuk pemeriksaan gas darah ?
3.
Apa saja
komponen komponen dari alat BGA ?
4.
Bagaimana cara
pemeriksaan gas darah ?
5.
Bagaimana cara
kalibrasi dan perawatan alat BGA ?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui
mengenai Analisa Gas Darah
2.
Untuk mengetahui
alat BGA (Blood gas Analyzer)
3.
Untuk mengetahui
komponen dari alat BGA
4.
Untuk mengetahui
cara pemeriksaan gas darah
5.
Untuk mengetahui
cara kalibrasi dan perawatan alat BGA (Blood
gas Analyzer)
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Pemeriksaan Gas
Darah
Pengukuran
gas darah arteri sangat penting dalam menilai pertukaran gas di dalam paru.
Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah dan kadar bikarbonat. Analisa gas
darah dilakukan untuk mengetahui status oksigen dan karbondioksida di dalam
darah arteri dan mengukur pHnya.
Analisa gas darah merupakan salah satu alat
diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status
oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Manfaat dari pemeriksaan analisa gas
darah tersebut bergantung pada kemampuan dokter untuk menginterpretasi hasilnya
secara tepat.
Pemeriksaan Analisa gas darah penting untuk menilai
keadaan fungsi paru-paru. Pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengambilan darah
astrup dari arteri radialis,brakhialis,atau formalis. Gas darah arteri
memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi,
kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas
digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat
yang akut dan menahun. Meskipun biasanya pemeriksaan ini menggunakan spesimen
dari darah arteri, jika sampel darah arteri tidak dapat diperoleh, suatu sampel
vena campuran dapat digunakan.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil
berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan
suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam
basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
dan data-data laboratorium lainnya.
Tujuan dari pemeriksaan gas darah adalah untuk menilai tingkat keseimbangan asam dan
basa, mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler dan menilai
kondisi fungsi metabolisme tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien dengan
indikasi pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik, pasien dengan edema
pulmo, pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS), infark miokard, pneumonia, klien syok, post
pembedahan coronary arteri baypass, resusitasi cardiac arrest, klien dengan
perubahan status respiratori dan anestesi yang terlalu lama.
Gangguan
asam basa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Normal bila
tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat dikeluarkan
melalui ventilasi.
2.
Alkalosis
respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, seluruhnya
tergantung pada penurunan tekanan CO2 dimana mekanisme kompensasi ginjal belum
terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam
batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi.
Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis
respiratorik pada anak sakit kritis.
3.
Asidosis
respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi
dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya,
pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan
kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas
normal, seperti pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan
gangguan elektrolit berat.
4.
Asidosis
metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di
bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan
ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
5.
Asidosis
metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30–7,40. Asidosis
metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
6.
Alkalosis
metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi
terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan
pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
7.
Alkalosis
metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih
dari 7,50.
8.
Hipoksemia yang
tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah diberikan
oksigen yang adekuat
9.
Hipoksemia
terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga normal.
10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian
oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini
berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity,
peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi
pemeriksaan BGA:
a. Gelembung udara : Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika
terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga
bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan
meningkat. Kegagalan untuk mengeluarkan semua udara dari spuit akan menyebabkan
nilai PaCO2 yang rendah dan nilai PaO2 meningkat.
b. Antikoagulan
Antikoagulan
dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang
berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena
efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
c. Metabolisme : Sampel darah masih merupakan jaringan
yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan
CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah
pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar
pendingin beberapa jam
d.
Suhu : Ada hubungan langsung
antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan
mengikuti perubahan PCO2. Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau
alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau
hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor
yang penting pada nilai oksigenasi darah. Karena saturasi oksigen dipengaruhi
oteh tekanan parsial oksigen dalam darah,, pH darah, dan struktur hemoglobin.
e.
Obat-obatan dapat meningkatkan
pH darah: sodium bikarbonat
f. Obat-obatan yang dapat meningkatkan PaCO2 : aldosterone, ethacrynic
acid, hydrocortisone, metolazone, prednisone, sodium bicarbonate, thiazides.
g. Obat-obatan yang dapat menurunkan PaCO2 : acetazolamide,
dimercaprol, methicillin sodium, nitrofurantoin, tetracycline, triamterene.
h. Obat-obatan yang dapat meningkatkan HCO3-: alkaline salts, diuretics
i.
Obat-obatan yang dapat
menurunkan HCO3-: acid salts.
B.
ALAT BGA (Blood Gas Analyzer)
BGA(Blood Gas Analyzer) merupakan alat yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi gas yang ada di dalam darah seperti CO2 dan O2, mengukur pH dan
mengukur elektrolit seperti potasium, natrium, zat kapur serta klorida. Prinsip
alat ini yaitu gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap
sampel sel secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan dengan gas
standar melalui pemancaran system infra red dimana akan menghasilkan perbedaan
panjang gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi signal analog.

C.
Komponen BGA (Blood Gas Analyzer)

BGA (Blood
Gas Analyzer) terdiri dari berbagai komponen yaitu :
1.
Ion Selective
Electrode modules
2.
Reagent chambers
3.
Humidifier wells
4.
Sample Input
port
5.
Peristaltic Pump
6.
Waste module
7.
Standar
elektroda yang etrdiri dari :
a.
pH modules :
Memproduksi berbagai tingkatan keluaran yang sebanding dengan pH sampel yang sedang dianalisa
b.
pCO2 modules :
Memproduksi voltase yang sebanding
dengan konsentrasi CO2 pada sampel.
c.
pO2 modul : Menghasilkan voltase yang sebanding dengan konsentrasi O2
pada sampel.
d.
Acuan Electroda
: Menyediakan potensial elektrik yang konstan dan stabil (756mV) yang digunakan
sebagai petunjuk untuk mengukur potensial elektrik yang diproduksi oleh setiap
pengukuran elektroda.
e.
Heater :
menjaga/mempertahankan standar elektroda
pada suhu 370C
f.
Sensor suhu
Menunjukan temperatur ketika suhu turun atau naik 2 derajat di atas 370C
g.
Udara Alir
detector Berada di tempat masuk atau
keluar dari standar elektrooda. Memeriksa adanya udara atau cairan di dalam
tabung sampel.
h.
Sumber cahaya :
menghasilkan sinar yang akan melewati tubing ke fotodetektor.
i.
Fotodetektor
dimonitor oleh uP yang memonitor detector udara/cairan jadi dapat mendeteksi
pompa peristaltic ketika mulai atau berhenti.
8.
Reagen standar
a.
Tempat reagen
standar dari dua larutan digunakan untuk mengkalibrasi pH elektroda dan larutan
pencuci.
b.
Ada dua larutan
yang bisa digunakan untuk mengkalibrasi pH elektroda selama proses kalibrasi
c.
Larutan pencuci
digunakan untuk mencuci sampel setelah dianalisis.
9.
Pelembab udara :
Digunakan untuk menjenuhkan gas yang akan digunakan untuk mengkalibrasi
elektroda pO2 dan pCO2 dengan air.
10. Tempat sampel : Adalah tempat dimana sampel
dimasukkan untuk dianalisis.
11. Pompa peristaltik
a.
Memasukkan reagen
dan sampel melalui tubing ke dalam standar elektroda di luar botol pencuci.
b.
Cairan akan
dihisap ke dalam analiser ketika tubing ditekan oleh pompa roller. Ini terjadi
karena terjadi tekanan pada roler kepada tubing.
12. Pembuangan
a.
Mengumpulkan limbah
setelah analisis. Hal ini harus dilakukan secara rutin
b.
Tempat
pembuangan berisi darah. Buang limbah di tempat sampah biohazaard. Jangan dibuang limbah pada tempat yang kering.
D.
Cara Pemeriksaan
Gas Darah
1.
Persiapan Pasien
a.
Menjelaskan prosedur
dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
b.
Menjelaskan bahwa
dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit
c.
Menjelaskan
komplikasi yang mungkin timbul.
2.
Bahan
Pemeriksaan ; darah, serum, plasma
3.
Parameter :
a.
Blood Gas
Parameters : pH, PCO2, PO2
b.
Electrolyte
Parameters : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl–), Calcium (Ca2+)
c.
Hematocrit (Hct)
4.
Persiapan Sampel
Pengambilan
sampel darah arteri yang letaknya dapat dilakukan pada:
- Arteri Radialis, merupakan pilihan
pertama yang paling aman dipakai untuk fungsi arteri kecuali terdapat
banyak bekas tusukan atau haematoem juga apabila Allen test negatif.
- Arteri Dorsalis Pedis, merupakan
pilihan kedua.
- Arteri Brachialis, merupakan
pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi
pembuluh darah.
- Arteri Femoralis, merupakan
pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil.
Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke
seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan
berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis
berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara
darah vena dan arteri.
5.
Penambahan
antikoagulan berupa lithium heparin 240-250 unit tiap 1 cc darah.
6.
Alat pengambilan
sampel menggunakan spuit khusus
7.
Dilakukan
pengukuran suhu badan serta kadar hemoglobin pasien.
8.
Pengecekan BGA
dan reagen
Sedangkan analisa darah vena dapat digunakan untuk melakukan analisa kandungan
komponen darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, angka leukosit, dan angka
trombosit. Darah vena juga dapat digunakan untuk analisa gas darah jika darah arteri tidak dapat
diperoleh, namun hanya berguna untuk
mengevaluasi pH, PaCO2 dan base excess.
Hal-hal yang
harus diperhatikan adalah
- Penusukan tepat pada arteri
ditandai dengan darah yang keluar berwarna segar dan memancar.
- Spesimen dimasukkan ke dalam
kantong es bila tempat pemeriksaan jauh.
- Pencantuman suhu pasien, jam
pengambilan darah dan konsentrasi oksigen yang diberikan.
- Daerah/lokasi
pengambilan darah arteri harus bergantian.
Masalah
Yang Mungkin Timbul Selama Prosedur
a.
Selama
pengambilan darah vena, tidak ada darah yang ke luar. Solusi: jarum tidak ada
di dalam vena. Menarik jarum perlahan-lahan. Jika tidak ada darah yang ke luar, ujung jarum digerakkan sesuai dengan arah vena. Jika tetap tidak berhasil,
jarum
ditarik. Melakukan penekanan 1 - 2'. Kemudian mencoba lagi pada vena yang lain.
b.
Terbentuk
hematoma pada tempat penusukan. Solusi: menarik jarum. Melakukan penekanan hingga perdarahan berhenti.
c.
Perdarahan tak kunjung berhenti pada tempat penusukan untuk pengambilan darah vena/arteri. Solusi: melakukan
penekanan 1 - 2' untuk pengambilan darah vena dan 5 - 10 ' untuk pengambilan
darah arteri. Mengecek tempat penusukan dan
jika perdarahan terus berlanjut, melakukan penekanan lebih lama.
d.
Hematoma pada
tempat penusukan arteri. Solusi: melakukan
penekanan dan member salep trombopop agar segera pulih. Jika hematoma
sangat lebar maka perlu dikompres air hangat hingga hematoma hilang.
Cara kerja alat BGA (Blood Gas Analyzer)
1.
Menyalakan power ON
2.
Setiap pertama
kali menghidupkan alat, melakukan kalibrasi
dengan cara menekan calibrate kemudian
enter. Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.
3.
Apabila ada
sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan, maka harus menekan status untuk mengetahui kondisi apakah pH, PCO2
dan PO2 kondisinya OK. Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Setelah
dilakukan pemeriksaan, alat ini akan mengkalibrasi secara otomatis.
4.
Apabila alat
sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah siap melakukan
pemeriksaan, menekan tombol Analyzer.
Selang pengisap sample akan keluar secara otomatis kemudian sample dimasukkan bersamaan kemudian ditekan kembali
tombol
analyzer hingga sample terhisap secara otomatis dan selang akan masuk sendiri.
5.
Wadah sampel
yang dimasukkan ke selang dapat disesuaikan dengan kondisi.
Syringe : Untuk pengukuran gas darah menggunakan
syringe 2 mL. The Vitalpath Analyzer akan langsung mengaspirasi dari jarum
suntiknya.
Tabung Koleksi Heparin : Dapat juga menggunakan
tabung DRI-CHEM ® 4000 atau DRI-CHEM ® 7000 yang sudah berisi heparin. Dengan ukuran
tabung 0,5 mL dan 1,5 mL.
Tabung Kapilari : Ketika pasien mengalami dehidrasi
atau memerlukan sampel yang sedikit, atau saat melakukan pemeriksaan ulang
dapat menggunakan tabung kapilari berisi 140 µL.
6.
Melakukan daftar
isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample ID , HB, suhu badan, jenis
sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102 (volume oksigen yang dikorelasi
dengan persen lihat daftar), kemudian clear 2x.
7.
Alat akan
menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat hasil akan keluar
melalui printer.
Quality control digunakan untuk menjamin kualitas
instrument sehari-hari guna menjaga akurasi dan realibilitas hasil pasien
melalui tes kontrol eksternal yaitu dengan mengetahui rentang nilai yang dapat
diterima untuk setiap tes yang dilakukan. Hal ini memungkinkan dokter untuk
menafsirkan hasil data laboratorium secara akurat. Protokol ™ TrueQC Heska dan
pedoman ASVCP adalah termasuk proses untuk melaksanakan program QC sederhana
dan dapat diandalkan untuk memvalidasi faktor penting yang melekat untuk
pengujian di rumah sakit. Pengujian QC sehari-hari sejalan dengan praktek laboratorium
standar dan memberikan kepastian dan validasi hasil laboratorium yang akurat.
Rekomendasi untuk QC untuk Analyzer VitalPath
termasuk menjalankan materi QC untuk kegiatan sehari-hari, sebelum melakukan
pemeriksaan sampel pasien. Sederhananya protokol ini berguna untuk memastikan
kinerja optimal dari Analyzer, reagen, dan operator, agar dapat memberikan
hasil pemeriksaan yang akurat.
Blood Gas Analyzer atau analisis gas darah
dikalibrasi setiap akan digunakan. Prosedur Kalibrasi:
- Tekan CAL 1
- Tekan CAL 2
- Alat dalam keadaan kondisi ready
Prosedur
perawatan :
1. Hisapkan protein removing layaknya sampel.
2. Lakukan berulang-langkah.
Trouble shooting
- Na, Ca, K,
Cl over flow
solusi :
bersihkan aspirasi system (terjadi sumbatan), lakukan penggantian iner
solution ion elektroda.
- Pipet tidak
menghisap (no sampel) solusi: bongkar dan bersihkan system aspirasi
(terjadi sumbatan).
3. Nilai
tidak sesuai (terlalu ttinggi atau rendah) solusi: lakukan kalibrasi ulang dan
baca sampel calibration solution.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Analisa gas darah merupakan salah satu alat
diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status
oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Pemeriksaan Analisa gas darah penting
untuk menilai keadaan fungsi paru-paru.
b.
Tujuan dari
pemeriksaan gas darah adalah untuk
menilai tingkat keseimbangan asam dan basa, mengetahui kondisi fungsi
pernafasan dan kardiovaskuler dan menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh.
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien dengan indikasi pasien dengan penyakit
obstruksi paru kronik, pasien dengan edema pulmo, pasien akut respiratori
distress sindrom (ARDS), infark miokard,
pneumonia, klien syok, post pembedahan coronary arteri baypass, resusitasi
cardiac arrest, klien dengan perubahan status respiratori dan anestesi yang
terlalu lama.
c.
Pemeriksaan
BGA dapat dipengaruhi hal-hal berikut : gelembung udara, antikoagulan, suhu,
metabolisme, dan obat-obatan yang dikonsumsi pasien.
d.
Alat BGA
terdiri dari beberapa komponen yaitu :
o Ion Selective Electrode modules
o Reagent chambers
o Humidifier wells
o Sample Input port
o Peristaltic Pump
o Waste module
o
Standar
elektroda
o Reagen
standar
- Pelembab udara
- Tempat sampel
o Pompa peristaltik
o Pembuangan
e. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah
- Penusukan tepat pada arteri
ditandai dengan darah yang keluar berwarna segar dan memancar.
- Spesimen dimasukkan ke dalam
kantong es bila tempat pemeriksaan jauh.
- Pencantuman suhu pasien, jam
pengambilan darah dan konsentrasi oksigen yang diberikan.
- Daerah/lokasi
pengambilan darah arteri harus bergantian.
- Alat
akan melakukan kalibrasi
secara otomatis dengan cara menekan
calibrate kemudian enter.
3.2 Saran
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh data kata sempurna oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis
ucapkan terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar