Senin, 15 Desember 2014

Kadang yang dirindu bisa yang terlihat setiap hari



Bukan soal siapa yang benar, lebih sering angkuh yang tak mau mengalah
Bukan hanya egois yang bertanding, tapi salah yang harusnya mengalah
Jujur, lebih membahagiakan menghargai daripada dihargai
Ini soal hati, biarlah ia yang merasa, mencerna setiap kata yang diucap mata
Memang memaksa lebih menyiksa daripada memberi kesempatan
Sering yang berharga dilupa atau dilenakan,
tak seperti  ada pada mata yang seolah terus terjaga
Kadang yang dirindu bisa yang terlihat setiap hari
Karena hati lebih jauh dari sanggupnya mata untuk melihat

Minggu, 07 Desember 2014

Mara



Tak sama dengan hari-hari yang lalu. Kini, setiap Mara pulang ke rumah yang ia temui hanya ruangan-ruangan sunyi tanpa teman. Hanya perabotan yang memenuhi ruangan, setiap kali ia menatapnya sepulang bekerja.

Dalam diamnya senja, ia buka balkon belakang, duduklah ia menatap bunga-bunga penuh warna. Gemerisik lembut oleh angin, berdansa dengan cantik. Mara merebahkan punggungnya dengan nyaman, ia tutup kedua matanya mencoba menikmati sentuhan angin di wajah. Dia mengangkat tangan kirinya merengkuh tangan angin untuk berteman.

“Angin, bawa aku pergi bersamamu seperti kau membawanya. Bawa aku untuk bertemu dengannya, aku rindu”, Mara berbicara. Air mata melepaskan belaian angin di pipi Mara dan kesedihan datang untuk memeluk Mara, mencoba menghibur dalam isak.