sketsa
permai
Aku merasa dunia ku melayang
Memipihkan segala kegelisahan
Aku terbang, terbang ke pertapaan
Memandang negeriku yang sunyi
Bergelimpar keindahan menghiasi
peradaban
Angin tak mau bersemayam lelap
Bintang gemintang pun menyanyikan lagu
ketenangan
Tumpahku ruah bahagia nikmatinya
Tak lepasku syukur atas anugerah-Nya
Memiliki keelokan yang berarti
Hingga memikat hati para insan di bumi
Juga percikkan api keirian
Namun, sayapku kelu, tubuhku lemas
Saat aku temukan noda-noda itu
Nyaris kujatuh tak mampu mengenangnya
Inikah arus yang menggerusmu negeri ?
Rapuhnya menara iman
Hingga membuatmu kalut dalam menghidup
Mengusik milik kerabat sejatimu
Mencemari ragamu dengan yang haram
Inikah yang engkau namakan modernisasi?
Rok santai bersemayam di atas lutut
Berjalan pongah menantang
Tak mau sedikit menyapa adat kesopanan
Inikah yang engkau maknai jiwa?
Tengok! Tengok penguasa itu membahana
Berbunga merekah mengintip kita
Yang masih saja kalut dalam amnesia
Sadarlah saudaraku, sadarlah!
Wilayah ini penuh permata
Jiwa kita perlu dijaga dari kebiadaban
zaman
Rasakan, moral kita sudah carut marut
Aku tak mau temukan asap kesombongan
Mencium bau pertengkaran
Atau mencicip ketidakadilan hak
Sungguh, aku benar-benar sudah sesak
Bukan..
Bukan kehangusan yang kita mau
Kesucian yang harus kita junjung
Biarlah langit tetap cerah
Untuk menyemangati kita
Dan izinkanlah alam ini menari sesuai
Sampai damai menghiasi keanggunan negeri