Rabu, 13 Maret 2013

Tanyaku


sketsa permai

Aku merasa dunia ku melayang
Memipihkan segala kegelisahan
Aku terbang, terbang ke pertapaan
Memandang negeriku yang sunyi

Bergelimpar keindahan menghiasi peradaban
Angin tak mau bersemayam lelap
Bintang gemintang pun menyanyikan lagu ketenangan
Tumpahku ruah bahagia nikmatinya

Tak lepasku syukur atas anugerah-Nya
Memiliki keelokan yang berarti
Hingga memikat hati para insan di bumi
Juga percikkan api keirian

Namun, sayapku kelu, tubuhku lemas
Saat aku temukan noda-noda itu
Nyaris kujatuh tak mampu mengenangnya
Inikah arus yang menggerusmu negeri ?

Rapuhnya menara iman
Hingga membuatmu kalut dalam menghidup
Mengusik milik kerabat sejatimu
Mencemari ragamu dengan yang haram

Inikah yang engkau namakan modernisasi?
Rok santai bersemayam di atas lutut
Berjalan pongah menantang
Tak mau sedikit menyapa adat kesopanan

Inikah yang engkau maknai jiwa?
Tengok! Tengok penguasa itu membahana
Berbunga merekah mengintip kita
Yang masih saja kalut dalam amnesia

Sadarlah saudaraku, sadarlah!
Wilayah ini penuh permata
Jiwa kita perlu dijaga dari kebiadaban zaman
Rasakan, moral kita sudah carut marut

Aku tak mau temukan asap kesombongan
Mencium bau pertengkaran
Atau mencicip ketidakadilan hak
Sungguh, aku benar-benar sudah sesak

Bukan..
Bukan kehangusan yang kita mau
Kesucian yang harus kita junjung

Biarlah langit tetap cerah
Untuk menyemangati kita
Dan izinkanlah alam ini menari sesuai
Sampai damai menghiasi keanggunan negeri